Senin, 05 November 2007

Sambutan Kepala Sekolah



Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan karunia Nya sehingga SMP Al Munawwariyyah telah memiliki web site sebagai wujud komitmen kami terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ( Information Communication Technologi) dalam dunia pendidikan. Peluncuran website ini menandai suatu paradikma baru bahwa SMP Al Munawwariyyah Sudimoro Bululawang ikut berpartisipasi dalam pengembangan teknologi informasi dalam lingkup pendidikan khususnya pendidikan di Pondok Pesantren Al Munawwariyyah.
Dari website ini harapan kami dapat memberikan informasi terbuka seputar pendidikan SMP Al Munawwariyyah Sudimoro Bululawang kepada masyarakat umum termasuk Wali murid yang lokasinya sangat berjauhan. Alamat para wali murid yang berada jauh dari sekolah akan sangat efektif dan efisien dengan adanya media komunikasi web site ini.
Saran Kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan pendidikan SMP Al Munawwariyyah.


Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Bululawang, 5 Nopember 2007
Kepala Sekolah

Moh. Junaidi, SPd.

Sabtu, 13 Oktober 2007

Iedul Fitri


Segenap Keluarga Besar SMP Al Munawwariyyah Mengucapkan :
Selamat Hari Raya Iedul Fitri
1 Syawal 1428 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Kamis, 04 Oktober 2007

Sekilas DR Onno Widodo Purbo


Resume singkat

Onno Widodo Purbo (lahir pada 17 Agustus 1962 di Bandung) adalah seorang tokoh teknologi informasi asal Indonesia.


Mantan Pegawai Negeri Sipil, sejak Februari 2000.
Mantan Dosen
Institut Teknologi Bandung, sejak Februari 2000. Berdasarkan SK MENDIKNAS No. 533/K01.2/KP.04.2/SK/2000 tanggal 28 Februari 2000 tentang Pemberhentian dengan Hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil ditandatangani oleh Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso M.Sc. a.n. MENDIKNAS.
Penulis teknologi informasi.

Pendidikan
1987 S1
Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Elektro. Judul tugas akhir "Perancangan dan implementasi rangkaian RS232C 8 kanal dan program untuk praktikum" di bawah bimbingan Prof. DR. Samaun Samadikun dan DR. Adang Suwandi.
1989 S2 (M.Eng) McMaster University
[1], Kanada – Semikonduktor Laser. Judul thesis "Numerical models for degenerate and heterostructure semiconductor diodes" di bawah bimbingan Prof. DR. D.T.Cassidy dan Prof. DR. S.H. Chisholm.
1993 S3 (Ph.D) University of Waterloo
[2], Kanada – Teknologi Rangkaian Terintegrasi untuk Satelit. Judul thesis "Studies on Polysilicon Emitter Transistors made on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-Insulator" di bawah bimbingan Prof. DR. C.R. Selvakumar.

Penghargaan
Menerima beberapa penghargaan / pengakuan tingkat nasional dan internasional, seperti
1987, Lulusan Terbaik, Jurusan Teknik Elektro,
Institut Teknologi Bandung.
1992, Masuk dalam buku "American Men and Women of Science", R.R.Bowker, New York (Amerika Serikat).
1994, Profil Peneliti,
KOMPAS 26 Desember 1994.
1996, Menerima "Adhicipta Rekayasa", dari Persatuan Insinyur Indonesia
[3].
1997, Menerima “ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award”, dari ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO)
[4]
2000, Masuk dalam buku "Indonesia Abad XXI: Di Tengah Kepungan Perubahan Global", Editor
Ninok Leksono, KOMPAS.
2002, Eisenhower Fellow, dari Eisenhower Fellowship
[5](Amerika Serikat).
2003, Sabbatical Award, dari International Development Research Center
[6](Kanada).
2005, Ashoka Senior Fellow, dari Ashoka
[7] (Amerika Serikat).

Selasa, 02 Oktober 2007

SMP Almoen Mulai On Line Internet

Terhitung mulai 1 oktober 2007, kemarin SMP Al Munawwariyyah Sudimoro Bululawang telah tersambung dengan jaringan Speedy telkom, dengan paket personal perbulan 1GB. Telah dapat konek dengan Internet.
Karena saat ini memasuki liburan sekolah, hampir semua siswa pulang kampung, menikmati bulan puasa ramadhan bersama keluarga. Insya Allah setelah Para siswa kembali ke PP Al Munawwariyyah Sudimoro Bululawang, sudah bisa Internetan.

Internet ini memang sudah lama ditunggu-tunggu oleh para siswa, yang selama ini hanya sebatas cerita saja.

Kepada segenap sivitas SMP Al Munawwariyyah :
1. Orang Tua siswa
2. Alumni
3. Para siswa
4. Guru Karyawan

sangat diharapkan partisipasinya, dalam percepatan acces ilmu yang sangat melimpah di dunia maya (internet) bagi kemajuan sekolah dan para siswa.

Saran kritik untuk perbaikan web blog ini sangat saya nantikan, bisa ditulis di shout box (sebelah Kanan).

Selasa, 11 September 2007

Alumni

Para Alumni tulislah pesan Kesan dan pesan Anda di sini di kolom komentar.
terima kasih atas perhatian Anda.

Jumat, 24 Agustus 2007

Pemenang Lomba Website Sekolah 2007 Terima Hadiah

Jakarta, Rabu (15 Agustus 2007) — Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Depdiknas menyelenggarakan lomba Website Sekolah Tingkat Nasional 2007. Lomba bertujuan untuk mengembangkan akses jejaring pada komunitas masyarakat, khususnya bagi guru dan peserta didik dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Para pemenang lomba menerima hadiah berupa tropi dan uang tunai atas nama Menteri Pendidikan Nasional.
Berhasil meraih Juara I adalah SMK Negeri 2 Yogyakarta. Website yang beralamatkan di http://www.smk2-yk.sch.id/ berhasil menyisihkan saingannya dan berhak memperoleh hadiah berupa uang tunai sebesar Rp. 30.000.000 dan tropi. Pemberian hadiah diserahkan oleh Sekretaris Balitbang Depdiknas, Siskandar, kepada Kepala Sekolah SMKN 2 Yogyakarta, M. Zuhdi di Gedung Balitbang, Depdiknas, Jakarta pada hari ini.
selengkapnya

Kamis, 02 Agustus 2007

Apa Test IQ itu?

Skor tes IQ sering dilihat sebagai ukuran kecerdasan seorang anak. Padahal skor tersebut tidak berdiri sendiri. Ia berhubungan dengan pola asuh, hubungan anak dan orangtua, kebiasaan belajar, dan faktor lingkungan lainnya.Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Dalam arti yang lebih luas, para ahli mengartikan intelegensi sebagai suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.
Menurut Indri Savitri, S. Psi, Kepala Divisi Klinik dan Layanan Masyarakat LPT UI, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan wujud dari proses berpikir rasional itu. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya berupa skor. Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara keseluruhan.
Skor bukan harga mati Howard Gardner, psikolog pendidikan asal Amerika yang terkenal dengan teori kecerdasan gandanya menyatakan, kecerdasan intelektual hanyalah salah satu dari 8 kecerdasan yang dimiliki seseorang. Kecerdasan ganda yang dimaksud Gardner adalah kecerdasan di bidang bahasa, berpikir logis atau matematis, musik, visual, dan gerak. “Sayangnya, alat ukur untuk kecerdasan ganda itu masih dikembangkan Gardner.
Perlu waktu lama untuk bisa menerapkannya di negara yang berbeda kultur seperti Indonesia,” tutur Indri.Awalnya, tes IQ diterapkan di masyarakat Barat karena adanya kebutuhan untuk seleksi. Anak-anak dengan kemampuan rata-rata, di bawah, dan di atas rata-rata, memerlukan penanganan yang berbeda. Tapi sekarang di sana skor IQ sudah tidak lagi dipakai karena mulai dikembangkan pendekatan-pendekatan lain yang melihat faktor kecerdasan secara menyeluruh.
Sayangnya, di Indonesia banyak lembaga pendidikan yang mewajibkan calon siswanya untuk tes IQ terlebih dahulu sebagai salah satu syarat penerimaan siswa baru. Ada sekolah yang menetapkan syarat penerimaan tes IQ minimal 120 skala Weschler. “ Bahkan, ada anak yang disarankan untuk sekolah di SLB karena skornya di bawah rata-rata, tanpa ada tahapan melihat latar belakang anak terlebih dahulu,” kata ibu satu anak ini menyayangkan.Situasi saat tesMenurut Indri, setidaknya tiga faktor yang berhubungan dengan tes IQ.
Pertama, reliabilitas atau sejauh mana hasil tes itu dapat dipercaya. Skor IQ yang diperoleh akan sama walaupun seorang anak melakukannya pada kondisi yang berbeda.
Kedua, validitas atau sejauh mana alat ini mampu mengukur apa yang hendak diukur. Jika tes itu mengukur kemampuan berbahasa, maka yang diukur adalah kemampuan anak dalam mengeluarkan pendapat, bukan mengukur kepercayaan diri.
Ketiga, standarisasi, yaitu apakah alat yang dipakai sesuai dengan norma masyarakat setempat. Tiap masyarakat tentu mempunya norma berbeda satu sama lain.Menurut Indri, saat ini banyak dilakukan tes psikologi secara massal, misalnya dalam satu ruang kelas. Padahal, tes yang dilakukan secara massal itu bisa menimbulkan banyak kemungkinan. Sehingga, seorang anak yang skor IQnya 140 belum tentu memiliki prestasi yang baik di sekolah. Sebaliknya, anak dengan skor IQ 85 tidak berarti harus masuk SLB.
Orangtua perlu kritis melihat skor tersebut. Beda alat, beda yang diukurTes IQ yang sering dipakai di Indonesia adalah tes Binet dan Wecshler. Kedua tes ini sebenarnya merupakan alat yang sudah dikembangkan sejak lama. Psikolog asal Perancis, Alfred Binet dan Theodor Simon, mulai merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (kemampuan di bawah rata-rata).
Alat itu dinamakan tes Binet-Simon yang kemudian direvisi pada tahun 1911. Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika membuat banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Ia menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara usia mental (mental age) dengan usia kronologis (chronological age). Hasil perbaikan ini disebut tes Stanford-Binet. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet dinilai masih terlalu umum. Para ilmuwan kemudian mengetahui bahwa intelegensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum, namun juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Berdasarkan teori tersebut, dikembangkanlah teori yang disebut teori faktor. Alat yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Skala ini lebih dikenal dengan skala Wechsler, yang melihat intelegensi sebagai kapasitas seseorang untuk mengatasi masalah sehari-hari menggunakan pengetahuan yang dia miliki. Faktor genetik dan keturunanKeturunan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tes IQ. Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga adalah sekitar 0,5. Pada anak kembar, korelasinya sangat tinggi, yaitu 0,9.
Sedangkan pada anak adopsi, sekitar 0,4-0,5 dengan orangtua kandung, dan 0,1-0,2 dengan orangtua angkatnya. IQ anak kembar yang dibesarkan secara terpisah tetap berkorelasi sangat tinggi. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak ini sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
Karenanya, faktor lingkungan dapat menimbulkan perubahan yang berarti.Oleh karena itu, Indri menegaskan tentang pentingnya kejelasan tujuan dilakukannya tes IQ. Hendaknya tes IQ dilakukan untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang ada pada anak. Hal ini penting agar orangtua dan guru dapat memberi stimulasi sesuai dengan kebutuhan anak.
Berdasarkan pengalaman di klinik, Indri banyak menemukan kasus anak yang memiliki skor IQ bagus, tapi prestasi akademisnya rendah. Atau anak dengan skor IQ biasa saja, tapi cukup populer di sekolah karena memiliki rasa percaya diri untuk mengembangkan potensinya. Sebagai sebuah alat ukur kecerdasan, tes IQ memang satu-satunya alat yang dapat dipakai sampai saat ini.
Namun, untuk kepentingan pengoptimalan potensi anak, Indri lebih suka dengan istilah “evaluasi psikologis”. Karena dengan evaluasi psikologis, orangtua atau guru dapat membantu anak sesuai dengan permasalahannya. Misalnya, anak yang kurang pemahaman bahasanya perlu dibantu agar meningkat pemahaman bahasanya.
Untuk evaluasi psikologis, tidak hanya tes IQ yang dibutuhkan. Tes IQ tanpa wawancara sebenarnya tidak bisa berbicara. Karena skor tersebut berhubungan dengan masa lalu, pola asuh, hubungan orangtua dengan anak, kebiasaan belajar, karakter anak dan lingkungannya.

http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=349&Itemid=77

Jaka Tarub


Sunday, 29 July 2007
Pak Asikin, seorang Guru SD yang kreatif namun pelupa, suatu saat mendongeng pada murid-muridnya. " Anak-anak .... Di sebuah hutan di suatu masa ada pemuda yang suka berburu bernama Malin Kundang ..." Seorang muridnya yang kritis, tahu kalau Pak Asikin keliru, sehingga ia menyela "Maaf, Pak ... Pemburu itu "kan mestinya bernama ...."

"Sssttt .... Jangan memotong dulu ... Kalau mau bertanya nanti saja ..." sergah Pak Asikin. "Nah, saya teruskan ya ... Suatu hari si Malin Kundang sedang berburu, dan di tengah hutan ada suatu telaga. Nah di tengah telaga itu dia melihat 7 bidadari sedang mandi .... Dia pun mengintip ke-7 bidadari itu dari balik sebuah pohon besar"

Sementara murid-muridnya mulai senyam-senyum, sadarlah Pak Asikin bahwa ia keliru. Tapi ia terlalu gengsi untuk mengakui kesalahannya.

Setelah berpikir sejenak, ia pun mendapat ide .... "Namun kemudian salah seorang bidadari terkejut melihatnya dan berseru : Hei Malin Kundang, ngapain kamu di situ .... Seharusnya "kan Jaka Tarub yang ngintip kami di situ ..... "