Jumat, 09 Mei 2008

Keutamaan Ilmu


Keutamaan Ilmu Pengetahuan


Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa dirinya diibaratkan sebagai kota ilmu, sementara Ali bin Abi Thalib adalah gerbangnya ilmu. Mengetahui ada hadits rasul di atas, sekelompok kaum Khawarij[1] kurang bahkan ada sebagian yang tidak mempercayainya. Mereka tidak percaya, apa benar Ali bin Abi Thalib cukup pandai sehingga ia mendapat julukan "gerbang ilmu" dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Berkumpullah sepuluh orang dari kaum Khawarij. Kemudian mereka bermusyawarah untuk menguji kebenaran pernyataan Rasulullah tersebut. Seorang di antara mereka berkata, "Mari sekarang kita tanyakan pada Ali tentang suatu masalah saja. Bagaimana jawaban Ali tentang masalah itu. Kita bisa menilai seberapa jauh kepandaiannya. Bagaimana? Apakah kalian setuju?" "Setuju!" jawab mereka serentak. "Tetapi sebaiknya kita bertanya secara bergiliran saja", saran yang lain. "Dengan begitu kita dapat mencari kelemahan Ali. Namun bila jawaban Ali nanti selalu berbeda-beda, barulah kita percaya bahwa memang Ali adalah orang yang cerdas.""Baik juga saranmu itu. Mari kita laksanakan!" sahut yang lainnya. Hari yang telah ditentukan telah tiba.
Orang pertama datang menemui Ali lantas bertanya, "Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?" "Tentu saja lebih utama ilmu," jawab Ali tegas. "Ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir'aun, Namrud dan lain-lainnya," Ali menerangkan. Setelah mendengan jawaban Ali yang demikian, orang itu kemudian mohon diri. Tak lama kemudian datang orang kedua dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?" "Lebih utama ilmu dibanding harta," jawab Ali. "Mengapa?" "Karena ilmu akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya, engkau harus menjaganya."
Orang kedua itu pun pergi setelah mendengar jawaban Ali seperti itu. Selanjutnya orang ketiga datang menyusul dan bertanya seperti orang sebelumnya: "Bagaimana pendapat tuan bila ilmu dibandingkan dengan harta?" Ali menjawab: "Harta lebih rendah dibandingkan dengan ilmu?" "Mengapa bisa demikian tuan?" tanya orang itu penasaran. "Sebab orang yang mempunyai banyak harta akan mempunyai banyak musuh. Sedangkan orang yang kaya ilmu akan banyak orang yang menyayanginya dan hormat kepadanya."
Setelah orang itu pergi, tak lama kemudian orang keempat pun datang dan menanyakan permasalahan yang sama. Setelah mendengar pertanyaan yang sama, Ali pun kemudian menjawab, "Ya, jelas-jelas lebih utama ilmu." "Apa yang menyebabkan demikian?" tanya orang itu mendesak. "Karena bila engkau pergunakan harta," jawab Ali, "jelas-jelas harta akan semakin berkurang. Namun bila ilmu yang engkau pergunakan, maka akan semakin bertambah banyak."
Tak lama kemudian, orang kelima dan mengajukan pertanyaan serupa. Ali pun menerangkan: "Jika pemilik harta ada yang menyebutnya pelit, sedangkan pemilik ilmu akan dihargai dan disegani."
Orang keenam lalu menjumpai Ali dengan pertanyaan yang sama pula. Namun tetap saja Ali mengemukakan alasan yang berbeda. Jawaban Ali tersebut ialah, "Harta akan selalu dijaga dari kejahatan, sedangkan ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, lagi pula ilmu akan menjagamu."Dengan pertanyaan yang sama, orang ketujuh datang kepada Ali. Pertanyaan itu kemudian dijawab Ali, "Pemilik ilmu akan diberi syafa'at oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala di hari kiamat nanti, sementara pemilik harta akan dihisab oleh Allah kelak."
Kemudian kesepuluh orang itu berkumpul lagi. Mereka yang sudah bertanya kepada Ali mengutarakan jawaban yang diberikan Ali. Mereka tak menduga alasan yang diberikan Ali sebagai jawaban selalu berbeda. Sekarang tinggal tiga orang yang belum melaksanakan tugasnya. Mereka yakin bahwa tiga orang itu akan bisa mencari celah kelemahan Ali. Sebab ketiga orang itu dianggap yang paling pandai di antara mereka.
Orang kedelapan menghadap Ali lantas bertanya, "Antara ilmu dan harta, manakah yang lebih utama wahai Ali?" "Tentunya lebih utama dan lebih penting ilmu," jawab Ali."Kenapa begitu?" tanyanya lagi."Dalam waktu yang lama," kata Ali menerangkan, "harta akan habis, sedangkan ilmu malah sebaliknya, ilmu akan abadi."
Dengan pertanyaan serupa, orang kesembilan datang "Seseorang yang banyak harta", jawab Ali pada orang ini, "akan dijunjung tinggi hanya karena hartanya. Sedangkan orang yang kaya ilmu dianggap intelektual." Tiba giliran orang terakhir, dengan pertanyaan yang sama. Ali menjawab, "Harta akan membuatmu tidak tenang dengan kata lain akan mengeraskan hatimu. Tetapi, ilmu sebaliknya, akan menyinari hatimu hingga hatimu akan menjadi terang dan tentram karenanya."
Ali pun kemudian menyadari bahwa dirinya telah diuji oleh orang-orang itu. Sehingga dia berkata, "Andai kata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup."
Kesepuluh orang itu akhirnya menyerah. Mereka percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas adalah benar adanya. Dan Ali bi Abi Thalib memang pantas mendapat julukan "gerbang ilmu". Sedang mengenai diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sudah tidak perlu diragukan lagi.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata:
حَياَةُ الْفَتَى وَاللهِ بِِالْعِلْمِ وَالتُّقَى # فَإِنْ لَمْ يَكُوْناَ لاَ اعْتِبَارَ لِذَاتِهِ
“Kehidupan seorang pemuda –demi Allah– harus memiliki ilmu dan ketaqwaan # jika tanpa keduanya, maka kehidupannya tidak akan ada nilainya (tidak berharga)”

[1] Kaum Khawarij adalah kelompok umat Islam yang menentang keinginan khalifah Ali bin Abi Thalib untuk berdamai dengan Bani Umayyah; sedangkan mereka yang mendukung ketetapan sayyidina Ali tersebut disebut sebagai kelompok Syi’ah.